Hari menjelang malam, saya termenung diantara derasnya hujan ibukota dimana terasa hari demi hari semakin kejam. Kejam dengan kemacetan yang sudah semakin chaos, kejam dengan persaingan hidup yang semakin gila, bahkan kejam untuk mendapatkan sedikit hak menghirup udara sehat, ruang public yg hijau dan air bersih yg bening mengalir di setiap sumber mata airnya. Ya, hidup sehat di Jakarta sangatlah mahal!
Ditengah lamunan saya, pikiran jauh melayang kedaerah yg amat asri, jauh dari kepenatan.....sedikit demi sedikit gambaran kota – kota propinsi ditanah air terlintas lalu, sampailah lamunan saya kebagian timur Indonesia. Papua. Papua Barat lebih nyatanya.
Sejarah Papua Barat (* rujukan):
Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku aslinya.
Papua Barat negeri paling timur di Indonesia. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bgian barat sehingga sering disebut sebagai Papua Barat, para nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Setelah berada di bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Pada 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Perjalanan saya sampai ke Pulau si rambut keriting ini bukan tdk mungkin karna rasa sayang saya pada si burung urip. Huehuee...hidup tidaklah selalu melulu karena ”kebetulan”, namun memang kebetulan-sekali pekerjaan saya membawa saya bermalam di tanah kelahiran urip dan yakob, di pulau rambut keriting.
And here the story goes...
Kebetulan yg sangat indah, sudah 3 tahun lebih saya bekerja di Joint Operating Body Pertamina-Petrochina Salawati, dimana Perusahaan itu ditunjuk sbg operator under the Production Sharing Contract antara Petrochina Kepala Burung Ltd dengan Pertamina Hulu Energi.
JOB PPS terletak di Matoa Field, Pulau Salawati. Dari Jakarta, 4 jam penerbangan dengan transit di Makasar, kemudian ditambah 3 jam lg perjalanan laut menuju pulau yg remote area itu. Bagi yg pertama kali,selama perjalanan panjang kita disuguhi pemandangan alam yg menakjubkan, tp mgkn tidak bagi pekerja yg bolak balik kesana, hehee..karena perjalanan cukup melelahkan!apalagi kalu cuaca buruk :(
Yang Kaya Semakin Kaya, yg Miskin Semakin Miskin.
Dibawah cengkraman asing, hati saya miris melihat masyarakat Papua. Dominasi asing yg sangat besar, membuat Papua sgt tergantung drpadanya.
Lihatlah, Bagaimana nasib penduduk Papua? Benar2 tdk masuk diakal!! Dengan kekayaan tambang, emas dan minyaknya, pembangunan ekonomi dan kehidupan sosialnya masih sangat terlambat. Padahal, cadangan emas , tembaga dan minyaknya dapat membayar seluruh utang Indonesia, malah diserahkan kepada pihak asing.
Disebutkan,beberapa perusahaan tambang dan batubara di Provinsi Papua Barat diantaranya,PT Gag Nikel di Kabupaten Raja Ampat (nikel),PT Austindo Nusantara dan Norman di Manokwari-Sorong (emas),PT Bre-X Minteral,Can dan Sekadau di Manokwari dan Teluk Wondama (emas), PT Bukit Kukila Utama di Wondama (emas), PT Irja Eastern Minerals di Kaimana (emas), PT Kepala Burung Mining (Manokwari dan Sorong), PT Mineralindo Mas Salawati (emas), PT Mutiara Iriana Utama di Manokwari,Kaimana,Bintuni dan Wondama (emas), PT Nabire Bakti Mining di Kaimana (emas) dan lainnya.
Sedangan perusahaan yang mengantongi ijin tambang minyak dan gas di wilayah Provinsi Papua Barat,diantaranya, BP Berauw Ltd di Teluk Bintuni dengan blok Berau, BP Bomberai Ltd di Fakfak blok Babo,BP East Arguni Ltd di Bintuni dan Fakfak blok East Arguni,BP Muturi Holding di Bintuni dan Fakfak blok Muturi,Pertamina EP di Sorong,Raja Ampat,Bintuni dan Wondama serta Petrochina International di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong blok kepala burung. *rujukan
Beribu wacana memperbaiki kesejahteraan masyarakat Papua guna mempercepat pembangunan Papua yang lebih baik. Tanpa kerjasama seluruh masyarakat di Indonesia dari golongan bawah hingga atas, tdk dpt berhasil. Kucuran dana dari Pemerintah untuk Papua harus diawasi penyebarannya, hingga tdk terjdi si kaya makin kaya si miskin makin menjadi2.Basmi KORUPSI!
Dibidang hukum migas, peraturan2 yg mengutamakan kepentingan asing harus direvisi, kedaulatan sumber daya alam migas harus ada di tangan pemerintah Indonesia bukan perusahaan asing. Yah, mudah2an bukan sekedar wacana.
No comments:
Post a Comment